Kamis, 14 Juni 2012

RITUAL KELILING PESAREAN GUNUNG KAWI


METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
PROPOSAL PENELITIAN
(RITUAL KELILING AREA MAKAM GUNUNG KAWI)





DISUSUN OLEH
ZUHUD RENDRA MAULANA
105120307111047
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012




BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Inilah kawasan Gunung Kawi, terletak di ketinggian 500 sampai dengan 3000 meter di atas permukaan laut. Persisnya berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang Jawa Timur. Dulu daerah ini disebut Ngajum. Namanya berubah menjadi Wonosari karena di tempat ini terdapat obyek wisata spiritual, berupa makam Eyang Raden Mas Kyai Zakaria alias Mbah Jugo (wafat 22 Januari 1871), dan Raden Mas Imam Sujono, alias Mbah Sujo (wafat 8 Februari 1876). Mbah Djoego ini buyut dari Susuhanan Pakubuwono I (yang memerintah Kraton Kertosuro 1705-1717). Adapun RM Imam Soedjono buyut dari Sultan Hamengku Buwono I (memerintah Kraton Jogjakarta pada 1755-1892).
"Gunung tidak perlu tinggi asal ada dewanya". Pepatah populer di kalangan Tionghoa ini bisa menjelaskan kenapa Gunung Kawi di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, sangat populer. Kawi bukan gunung tinggi, hanya sekitar 2.000 meter, juga tidak indah. Tapi gunung ini menjadi objek wisata utama masyarakat Tionghoa.
Tiap hari ratusan orang Tionghoa (dan warga lain) naik ke Gunung Kawi. Masa liburan plus cuti bersama Lebaran ini sangat ramai. Karena terkait dengan kepercayaan Jawa, Kejawen, maka kunjungan biasanya dikaitkan dengan hari-hari pasaran Jawa yaitu Jumat Legi, Senin Pahing, Syuro, dan Tahun Baru. 
Warga Jawa Timur kerap mencitrakan Gunung Kawi sebagai tempat pesugihan. Tapi, bagi kalangan kejawen, penggiat budaya Jawa, Gunung Kawi lebih dilihat sebagai tempat pelestarian budaya Jawa. Banyak ritual kejawen diadakan di sini secara teratur dan diikuti aktivis budaya Jawa di seluruh Pulau Jawa.
Di gunung Kawi, terdapat banyak sekali ritual yang begitu sacral, yang setiap orang sangat khusyuk untuk melakukannya. Sebagai contoh seperti ziarah ke makam  Mbah Djoego dan Mbah Sujo. Para peziarah di wajibkan untuk membawa sesajen untuk masuk ke makam, selain itu para peziarah harus rela berdesakan untuk masuk ke sesarean makam. Ada juga ritual untuk keliling area makam, yang menganjurkan untuk keliling makam sebanyak 7 kali atau 12 kali sambil berdoa dan bersholawat.
Berkunjung ke kawasan Gunung Kawi, suasana magisnya sangat terasa. Bau asap dupa tercium di mana-mana. Kawasan ini dikenal sebagai tempat pesugihan. Pengabdian dan kegiatan mereka kemudian tersebar ke wilayah Malang dan Blitar. Banyak penduduk yang menjadi murid padepokan. Hingga saat ini banyak keturunan, murid padepokan, pengikut dan peziarah yang memperingati jasa mereka.
Upacara peringatan dilakukan  setiap malam jum’at legi dan setiap tanggal satu bulan Muharram (Syuro). Ritual dipimpin oleh juru kunci atau kuncen makam. Kuncen makam harus berasal dari keturunan Eyang Jugo atau Eyang Sujo.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, yaitu :
1.        Mengapa ada ritual yang sacral di Gunung Kawi?
2.       Bagaimana ritual berkeliling area makam di Gunung Kawi?

C.      Tujuan Penelitian
1.        Untuk mengetahui asal usul ritual di Gunung Kawi
2.       Mengetahui ritual untuk berkeliling area makam di Gunung Kawi



   
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Ritual
Ritual adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan terutama untuk tujuan simbolis. Ritual dilaksanakan berdasarkan suatu agama atau bisa juga berdasarkan tradisi dari suatu komunitas tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan, dan tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan.
Menurut Bustanuddin (2006), ritual adalah kata sifat (adjective) dari rites dan juga ada yang merupakan kata benda. Sebagai kata sifat, ritual adalah segala yang dihubungkan atau disangkutkan dengan upacara keagamaan. Kepercayaan kepada kesakralan sesuatu yang menuntut ia diperlukan secara khusus. Maksudnya adalah ada suatu tata cara perlakuan terhadap sesuatu yang disakralkan. Dalam agama, upacara ritual atau ritus itu biasa dikenal dengan ibadat, kebaktian, berdoa, atau sembahyang. Setiap agama mengajarkan berbagai macam ibadat, doa, dan bacaan-bacaan pada momen tertentu.
Pengertian ritual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun, 2001 : 959) adalah hal ihwal  ritus atau tata cara dalam upacara keagamaan. Upacara ritual atau ceremony adalah sistem atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1990 : 190)
Dalam antropologi, upacara ritual dikenal dengan istilah ritus. Ritus dilakukan ada yang mendapatkan berkah atau rezeki yang banyak dari suatu pekerjaan, seperti upacara sacral ketika akan turun ke sawah, ada untuk menolak bahaya yang telah atau diperkirakan akan dating. Ritus berhubungan dengan kekuatan supernatural dan kesakralan tertentu. Irtual sama dengan ibadah dalam arti sempit. Sedangkan agama pada umumnya tidaklah mengatur cara melaksanakan ritual saja. Ia juga memberikan aturan dan pedoman dalam hubungan dengan sesame manusia dan dengan alam sekitar.
Ritual agama tentu memiliki ciri dan kekhasan tersendiri dari agama yang lainnya. Bentuk ritual yang berbeda inipun dalam perkembangannya memerlukan sikap dan nilai etika dalam hal menyikapi kekhasan masing-masing ritual agama-agama. Menurut Haryatmoko, Masalah kekhasan suatu agama tidak identik sama sekali dengan superioritasnya. Hendaknya tidak mencampur adukkan masalah kebenaran dengan masalah superioritas. Permasalahan utama ialah identitas khas (ritual) suatu agama, yang tetap menghormati identitas religious yang lain.
Ada tata tertib tertentu harus dilakukan dan ada pula larangan atau pantangan yang harus dihindari yakni taboo. Taboo atau pantangan adalah suatu pelarangan social yang kuat terhadap kata, benda, tindakan, atau orang yang dianggap tidak diinginkan oleh suatu kelompok, budaya, atau masyarakat. Pelanggaran taboo biasanya tidak dapat diterima dan dianggap menyerang. Beberapa tindakan atau kebiasaan yang bersifat taboo bahkan dapat dilarang secara hukum dan pelanggarannya dapat menyebabkan pemberian sanksi keras. Taboo juga dapat membuat malu, aib, dan perlakuan kasar dari sekitar. Taboo juga dipakaikan kepada pelanggaran yang sangat prinsipil dalam ajaran suatu agama atau kepercayaan masyarakat seperti zina.



  
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.      Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang bersifat deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan metode observasi dan wawancara. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data otentik jawaban dari tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai partisipan total. Yang dimaksud dengan partisipan total adalah peneliti terjun langsung dalam penelitian, peneliti juga ikut melakukan aktivitas-aktivitas yang dilakukan subjek supaya keberadaan peneliti tidak diketahui oleh subjek.

B.      Fokus Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti ingin fokus meneliti dan ingin mengetahui tentang bagaimana ritual untuk berkeliling area makam di sekitar pesarean.

C.      Subjek penelitian
Teknik pengambilan subjek dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik sampel kasus tipikal, yang mana unit yang dipilih jadi subjek adalah berdasarkan fenomena tertentu. Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti membuat karakteristik subjek yang akan diteliti. Karakteristik subjek pada penelitian ini ialah orang yang sedang melakukan ritual-ritual (berdoa depan makam, berkeliling makam).
Subjek yang diambil peneliti dalam penelitian ini adalah bapak berusia sekitar 35 tahun sampai 45 tahun, sebanyak 1 orang. Peneliti mengambil subjek tersebut, karena subjek yang dipilih cocok dengan karakteristik subjek yang telah dibuat sebelumnya.


D.     Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti memilih kawasan pesarean gunung Kawi sebagai lokasi penelitian. Dengan landasan, di kawasan pesarean pengunjung melakukan ritual-ritual yang sesuai dengan rumusan masalah pada penelitian ini.

E.      Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini teknik yang diambil adalah :
1.        Observasi
Observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan panca indera terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan. Dalam pelaksanaan observasi dapat dilakukan secara langsung peneliti ikut berpartisipasi dalam kegiatan dan dapat juga tidak ikut dalam kegiatan yang sedang diteliti. Pada pelaksanaan penelitian, peneliti mempergunakan teknik observasi, dengan maksud untuk dapat mengamati lebih seksama unsur-unsur yang diteliti.
2.       Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian kualitatif, melalui wawancara dapat dilakukan kegiatan percakapan langsung dengan responden. Terdapat 3 macam teknik dalam wawancara, yakni wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur. (1) Wawancara terstruktur, teknik ini digunakan untuk mendapatkan data apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh; (2) Wawancara semiterstruktur, pemakaian teknik ini dimaksudkan untuk membuka permasalahan yang lebih luas sehingga diharapkan gagasan dan ide dari para responden/ informan tentang permasalahan tersebut; (3) Wawancara tidak berstruktur, ada dua jenis wawancara tidak berstruktur, yaitu wawancara yang berfokus dan wawancara bebas. Wawancara berfokus terpusat kepada satu pokok masalah tertentu, sedangkan wawancara bebas pertanyaan yang beralih-alih dari satu pokok masalah ke pokok yang lain, sepanjang berkaitan dengan dan menjelaskan aspek-aspek masalah yang diteliti.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan 1 macam teknik wawancara, yakni wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur dilakukan peneliti melalui kegiatan wawancara dengan subjek agar wawancara berkesan fleksible, tidak stug, dan berkesan nyantai.

F.       Teknik Pendekatan
Teknik pendekatan yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan fenomenologi. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji.

G.      Teknik Analisa Data
Analisa yang dimaksud adalah upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang persoalan yang diteliti.
Teknik analisa data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode coding. Terdapat 3 model coding yang digunakan dalam penelitian. Diantaranya adalah :
1.        Open Coding
Open coding merupakan proses untuk mengurai, menelaah, mengartikan data, membandingkan, mengkategorisasikan data-data yang diperoleh dari wawancara dan observasi.
2.       Axial Coding
Axial coding merupakan prosedur yang diarahkan untuk melihat keterkaitan antara kategori-kategori yang dihasilkan melalui open coding. Dalam axial coding terdapat beberapa kondisi yang dapat digunakan untuk melihat saling keterkaitan itu:
·           Fenomena utama (central phenomenon)
·           Kondisi yang menjadi penyebab (causal conditions)
·           Konsekuensi atau hasil dari suatu aksi atau interaksi (consequences)
·           Aksi atau interaksi atau strategi untuk merespon atau menangani satu fenomena (strategies)
·           Konteks atau situasi tertentu tempat atau yg mempengaruhi terjadinya aksi, interaksi, atau strategi (context)
·           Intervening conditions atau structural conditions yg mem-fasilitasi atau menghambat dikembangkan suatu strategi tertentu
3.       Selective Coding
Selective coding merupakan satu proses rekonseptualisasi kategori pokok dalam satu cerita atau narasi. Narasi ini diarahkan untuk menggambarkan dan menjelaskan dinamika fenomena utama yang menjadi fokus penelitian dalam satu bentuk yang integratif.

H.     Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, keabsahan data merupakan usaha untuk meningkatkan kepercayaan data. Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan validitas dan reabilitas, karena hal tersebut adalah syarat utama yang menjadi penilaian ilmiah sebuah penelitian.
Dalam validitas terdapat beberapa jenis validasi, yaitu :
1.        Reflective Validity
Validitas ini mengandung maksud agar aspek/variabel terukur hendaknya dapat merefleksikan variabel yang sebenarnya hendak diukur.
2.       Ironic Validity
Proses ini, peneliti mengkatagorikan keadaan-keadaan di lapangan yang dapat menguatkan central phenomenon.
3.       Neo-pragmatic Validity
Validitas ini adalah kebenaran ilmu yang diperoleh berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir penelitian si peneliti, yang pada dasarnya mengutamakan kritik  terhadap berbagai macam masalah yang dihadapi.
4.      Rhizomatic Validity
Validitas ini mencoba untuk memberi gambaran bahwa tidak ada peristiwa yang terjadi secara linear, namun dengan perhatian yang tinggi, setiap peristiwa itu dapat dipahami dan diungkap banyak cerita sebagai kebenaran yang sahih.
5.       Situated Validity
Sedangkan validitas ini memberikan contoh  kebenaran validitas feminist dalam situasi dominasi pengaruh pria. Dimana wanita ingin mengekspresikan perilakunya, tampilannya, emosinya, sifat keibuannya secara beragam.
Sama halnya dengan validitas, reabilitas yang digunakan peneliti dalam penelitian ini juga terdapat beberapa jenis, yakni:
6.      Quixotic Reliability
Reliabilitas ini berdasarkan kondisi di lapangan. Penggunaan satu macam metode (observasi) yang secara teratur dilakukan di lapangan akhirnya akan meng-hasilkan satu ukuran yang tidak berubah. Kelemahan reliabilitas ini adalah sangat tergantung pada kualitas pengelolaan data peneliti.
7.       Diachronic Reliability
Reliabilitas ini menekankan pada  persamaan kegiatan pengukuran (temuan) yang selalu berbeda di setiap waktu. Karenanya data/informasi akan mengalir sesuai dengan konteks kesejarahannya. Dari sanalah dapat dipahami adanya keragaman & persamaan.
8.      Synchronic Reliability
Reliabilitas ini mengacu pada kesesuaian data/informasi di setiap kegiatan pengumpulan data. Dalam mengamati perilaku manusia seringkali didapati adanya persamaan sikap, motif & perilaku.



  
BAB IV
PEMBAHASAN

Pesarean Gunung Kawi ini dikelola oleh sebuah Yayasan yang didirikan oleh Ahli Waris Alm. Eyang RM. Iman Soedjono dengan nama Yayasan Pengelola Pesarean Gunung Kawi “NGESTI GONDO“.
Yayasan ini berdomisili di Desa Wonosari Kec. Wonosari Kab. Dati II Malang. Yayasan ini tidak mempunyai cabang maupun perwakilan. Adapun lokasi makam Eyang Djoego dan Eyang RM. Iman Soedjono yang sering disebut Twa Law She dan Djie Law She Gunung Kawi itu hanyalah disini tidak ditempat lain. Tegasnya Pesarean Gunung Kawi itu Tunggal. Tidak mempunyai cabang atau perwakilan baik dikota Jakarta, Surabaya maupun dikota lain. Sebab makam itu sakral, dan makam itu bukan merupakan PT atau CV yang memungkinkan mendirikan atau mempunyai cabang dan perwakilan. Yayasan inipun tidak menugaskan seseorang atau badan untuk mengatas-namakan Yayasan guna mencari atau menghimpun dana ketempat lain.
Di dalam berkeliling area makam, ada 4 pintu makam yang setiap pintu makam tersebut ada saudara (ghaib) yang setiap pintunya mewakili saudara (ghaib) kita yang memiliki karakter yang berbeda-beda.
Menurut Bustanuddin (2006), ritual adalah kata sifat (adjective) dari rites dan juga ada yang merupakan kata benda. Sebagai kata sifat, ritual adalah segala yang dihubungkan atau disangkutkan dengan upacara keagamaan. Kepercayaan kepada kesakralan sesuatu yang menuntut ia diperlukan secara khusus. Maksudnya adalah ada suatu tata cara perlakuan terhadap sesuatu yang disakralkan. Dalam agama, upacara ritual atau ritus itu biasa dikenal dengan ibadat, kebaktian, berdoa, atau sembahyang. Setiap agama mengajarkan berbagai macam ibadat, doa, dan bacaan-bacaan pada momen tertentu.
Dilihat dari teori di atas dan dihubungkan dengan rumusan masalah penelitian maka pengunjung yang berkeliling makam itu ada aturannya sendiri. Yang dimana setiap pengunjung dianjurkan untuk berkeliling area makam sebanyak 7 kali atau 12 kali atau semampunya saja (lebih afdal kalau berkeliling sebanyak angka ganjil). Karena hal tersebut sudah menjadi aturan ritual di sana, sudah menjadi budaya yang harus ditaati agar tidak menyalahi aturan yang sudah menjadi hal yang sacral.
Hal yang sudah ada di Kawi itu sudah membudaya yang harus di taati oleh setiap pengunjung yang mau berdoa atau berkeliling area makam. Ada perlakuan yang khusus untuk melakukan ritual tersebut tidak sembarangan yang melakukan secara suka-suka kita.
Semua hal itu ada tata caranya untuk melakukannya. Sebagai contoh dalam hal keliling area makam. Dari apa yang dilakukan ketika berkeliling area makam sampai apa yang harus dibaca ketika berkeliling makam dan ketika berada di pintu-pintu makam. Dan apa yang harus tidak boleh dilakukan (pantangan) ketika berkeliling makam, semuanya itu sudah ditentukan. Dan kita sebagai pengunjung harus melaksanakan tata cara tersebut karena hal tesebut sudah menjadi hal yang di sakralkan dan bila hal tersebut dilanggar maka akan mendapatkan sanksi keras.

  


BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Di dalam melakukan ritual keliling area makam, tentunya kita harus menaati aturan yang sudah menjadi budaya di sana. Karena hal tersebut akan mencerminkan perlakuan khusus terhadap apa yang sudah menjadi hal sacral. Tentunya jika menaati  aturan yang berlaku di sana, maka niscaya akan mendaptkan berkah yang diyakini benar dan akan mendaptkan sanksi berat jika kkita melakukan pantangan-pantangan yang ada di sana.
Intinya dalam berritual keagamaan, kita harus menaati aturan yang berlaku, ada tata cara khusus untuk melakukan ritual keagamaan. Dan tidak boleh bertindak seenaknya sendiri sesuiai kemauan kita.


DAFTAR PUSTAKA


thesis.binus.ac.id/Asli/Bab2/2008-2-00345-JP%20Bab%202.pdf
majalah.tempointeraktif.com/.../mbm.20050411.LYR109971.id.html
aliefel-kendariy.blogspot.com/2012/01/kajian-ritual-community.html